Aku seoarang karyawan swasta umurku 29 tahun namaku Dinto, aku
orangnya supel mudah bergauldengan siapa saja, dilingkunganku bekerja
aku mendapat perhatian karena badanku yang atletis dengan postur tubuh
tinggi 170 cm berat 68 kg masih single, tidak susah untuk mencari teman
apalagi teman kencan hehe.
Ada salah satu wanita yang menyita perhatianku saat akau bekerja
yaitu namanya Nadine, dengan sifat yang luwes dan kalau diajak ngobrol
enak, dia ditempatkan oleh pimpinannya sebagai marketing, duklu dia satu
bagian denganku.
Awal tahun yang lalu Nadine melangsungkan pernikahannya dengan
seorang teman kuliahnya. Walaupun sekarang sudah menikah, Nadine tetap
seperti yang dulu, luwes dan anggun. Walaupun postur tubunya bukanlah
tipe seorang yang bertubuh tinggi dan langsing, tapi dia memiliki
kharisma tersendiri.
Dengan kulit yang putih, payudara sekitar 34 serta betis yang indah,
senyumnya yang menawan, tidak mengherankan bila menjadi perhatian para
lelaki. Kedekatan diriku dengan Nadine berawal sejak dia bekerja pada
bagian yang sama denganku 3 tahun yang lalu.
Sejak dia pindah bagian (lantai berbeda walaupun dalam satu gedung)
dan menikah, aku jadi jarang sekali bertemu. Paling hanya berbicara
melalui telpon atau saling kirim email. Kami sering bercakap-cakap
mengenai kDintor dan kadang-kadang menjurus ke hal yang pribadi.
Karena Nadine kadang-kadang berkeluh kesah mengenai masalah-masalah
kantor, yang sering membuat pikirannya cemas. Dan hal itu terbawa dalam
keluarga. Rasa cemas Nadine terkadang memang berlebihan, yang membuat
sampai awal tahun 2004 ini belum ada tanda-tanda bahwa dirinya hamil.
Setiap ada anggota keluarga atau temannya yang bertanya mengenai hal
itu, menambah gundah dirinya. Segala upaya termasuk konsultasi kepada
dokter sudah dilakukan, tetapi hasilnya tetap nihil. Rasa cemas dan
bersalah timbul pada diri Nadine, karena selalu menjadi bahan pertanyaan
khususnya dari pihak keluarga.
Aku sering kali memberi semangat dan dukungan kepadanya untuk selalu
belajar menerima apa adanya dalam situasi apapun. Bila ada sesuatu
pikiran yang membuat gundah Nadine, aku selalu dapat membuat dirinya
lupa dengan masalahnya.
Aku selalu dapat membuat dirinya tertawa, dan terus tertawa. Pernah
suatu ketika, Nadine tertawa sampai berlutut dilantai sambil memegang
perutnya karena tertawa sampai keluar air mata dan sakit perut!! Suatu
hari (aku lupa persisnya) minggu ke 2 di bulan Februari 2014 yang lalu,
Nadine menelponku melalui HP. Pada saat itu aku baru saja sampai di
rumah, setelah seharian bekerja. Haloo Nitaa.. Lagi dimana lu Tumben nih
malem-malem nelpon, hehehehe.. kataku kemudian. Lagi di rumaah.
Lagi bengong-bengong, laper and cuapek buanget nih, tadi gue ada
meeting di Kuningan (jalan kuningan-Jakarta) dari siang, lu sendiri
masih dikDintor kata Nadine kemudian. Nggak laah, baru aja sampai di
rumah. Eh, lu dirumah bengang-bengong ngapain sih Emang di rumah lu kaga
ada beras, sampai kelaperan gituh candaku kemudian. Disana Nadine
terdengar tertawa renyah sekali, Hehehehe..
Emang benar-benar nih anak!! Gue capek karena kerja! Terus belum
sempet makan dari pulang kantor!! Ooo, gitu. Gue kira lu capek karena
jalan kaki dari kuningan ke rumah! kataku kemudian. Eee, enak aja!! Ntar
betis gue besar sebelah gimana Lhaa kan, tadi gue bilang jalan kaki,
bukan ngangkat sebelah kaki terus loncat-loncat Kenapa betis lu bisa
besar sebelah Disana Nadine hanya bisa tertawa, mendengar kata-kataku
tadi. Sudah lu istirahat dulu Nit, jangan lupa makan, mandi biar wangi.
Seharian kan sudah kerja, capek, ntar kalau lu dikerjain ama laki lu
gimana, sementara sekarang aja lu masih capek aku bicara seenaknya saja
sambil meneguk minuman juice sparkling kesukaanku. Kalau itu mah laeen..
Gue enjoy aja!! Nggak usah mandi dulu laki gue juga tetep nempel.
Lagian sekarang laki gue nggak ada, kok. Lagi ke Australia.. kata
Nadine kemudian. Ke Autralia Wah, enak amat! Gini hari jalan-jalan
kesono sendirian, lu kok kaga ikut Ngapain Nit, beli kangguru ya tanyaku
seenaknya. Eh, ni anak dodol amat sih!! Urusan kantornya lah!! kata
Nadine sengit, sementara aku hanya cekikikan mendengar Nadine berkata
sengit kepadaku. So anyway, seperti pertanyaan gue tadi, lu tumben Nit,
malem-malem gini telpon. Baru kali ini kan tanyaku. Iya, gue mau ngobrol
aja ama lu.
Abis disini sepi.. nggak ada yang bisa diajak ngomong lalu Nadine
menceritakan apa-apa saja yang menjadi pembicaraan dalam meeting tadi.
Seperti biasa, aku diminta pendapat dalam masalah kDintor yang sedang
ditangani, dalam sudut pandang aku tentunya.
Tak terasa, kami berbicara sudah satu setengah jam yang kemudian kami
berniat mengakhiri, dan berjanji akan di teruskan esok harinya di
kantor. Sebelum aku menutup telpon, tiba-tiba Nadine menanyakan sesuatu
kepadaku, Eh, gue mau tanya dikit dong, boleh nggak Tapi kalau lu nggak
mau jawab, nggak apa-apa.. Apa tanyaku kemudian. Maaf Nto, kalau gue
boleh tanya, Hmm..
Lu pernah ML nggak. Mendengar pertanyaan seperti itu aku sedikit
kaget, karena walaupun pembicaraan aku dan Nadine selalu apa adanya dan
kadang bersifat pribadi, tapi belum pernah seperti ini. Ngg, pernah..
Kenapa Dintanyaku ingin tahu. Nggak, cuma tanya doang.. Lu pertama kali
ML kapan, pasti ama cewe lu yah tanya Nadine.
Gue pertama kali ML waktu SMA, sama teman bukan ama cewe gue, lu
sendiri kapan Mendengar jawaban ku tadi Nadine langsung berkata, Gue
sih, waktu kuliah. Itu juga setelah TA, sama Randy (suaminya). Rasanya
gimana Nto, ML pertama kali tanya Nadine.
Lhaah, lu sendiri waktu ML pertama kali gimana. Awalnya sih, sakit.
Tapi enak juga.. Hehehe. Abis Waktu itu Randy buru-buru amat. Maklum
waktu itu kami takut ketauan… Emang lu ML dimana, di kantor RW Hahaha,
nggak lah!! Gue lakuin di ruang tamu rumah gue sendiri. Waktu itu lagi
nggak ada orang lain. Pembantu gue juga lagi keluar rumah Wah, ternyata
waktu gue ke rumah lu kemarin, gue nggak sangka duduk di sofa yang
pernah digunain untuk perang antar kelamin.
Nadine hanya tertawa mendengar celotehanku itu. Kemudian kami saling
bercerita mengenai pengalaman kami masing-masing, sampai dengan masalah
posisi yang paling disukai dan yang tidak disukai dalam berhubungan
intim.
Kami juga sama-sama bercerita kalau kadang-kadang melakukan
masturbasi apabila keinginan sudah menggebu dan tidak tertahankan. Wah,
Nto.. kalau lu abis mastur, jangan dibuang sembarangan dong, kasiankan,
anak lu pada teriak-teriak di got.
Mending lu bungkus terus kirim ke gue aja, kali-kali bermanfaat Emang
lu mau sperma gue, bawanya gimana Dibungkus Kaya bawa nasi rendang!
Kirim lewat apa dong Mending langsung tuang ke lu langsung. Praktis dan
nyaman, hehehehe. Week, mengharap amat! Lu yang nyaman, tapi gue yang
nggak aman!! Nggak, gue cuma mau sperma lu aja celetuk Nadine dengan
sengit. Sudah ah, gue mau mandi dulu terus tidur, besok kita kan masih
kerja.. kata Nadine kemudian.
Setelah itu kami sama-sama berpamitan untuk menutup telpon. TGF
(Thanks God is Friday), hari itu aku melakukan seperti biasanya.
Walaupun aku terasa mengantuk, tapi aku senang dan bekerja dengan
semangat sekali karena besok dan lusa libur.
Seperti janji semalam, aku makan siang dengan Nadine untuk
melanjutkan pembicaraan masalah kDintor yang sedang dihadapinya. Aku dan
Nadinepun berangkat bersama, menuju restoran yang menyajikan masakan
Thailand di bilangan Jakarta Selatan.
Sepanjang perjalanan dan di tempat tujuan pembicaraan kami hanya
berkisar masalah pekerjaan yang serius, sekali-kali bercanda dan
tertawa. Tidak ada satupun topik yang mengungkit-ungkit pembicaraan
akhir di telepon semalam. Sampai pada saat kami diperjalanan pulang,
kami hanya diam seribu bahasa.
Mungkin karena Nadine masih mengingat pembicaraan yang tadi
dibicarakan. Kalau aku sih, sedang mengingat-ingat rencana apa yang akan
dilakukan liburan nanti. Entah apa yang ada di benak Nadine, mungkin
pusing liat kemacetan lalu lintas yang sedang dihadapi, maklum dia yang
jadi sopir. Sementara aku bersantai-ria disampingnya sambil mendengarkan
lagu slow R&B.
Kenapa sih, kok ngelirik gue terus kata aku tiba-tiba, karena aku
perhatikan dari sudut mataku, Nadine sering melirik ke arah aku. Ge-Er
aja sih lu Gue cuma liatin jalan, bukan liat lu! Jalan kan macet, jadi
gue bingung mau ambil arah mana celetuk Nadine. Weleh, muka liat jalan,
kok biji mata lu ke arah gue Emang, tampang gue kaya pengamen yah.
Nadine tertawa mendengar celotehan aku tadi.
Kemudian dia berkata, Nto, lu benar mau kirimin ke gue. Kirimin apa
sih. Itu-tu, .. Pembicaraan kita semalem.. kata Nadine. Tentang mastur..
Aku langsung memalingkan wajahku ke Nadine, bingung Mastur Ooo, yang
itu.
Emang kenapa sih DinLu emang ingin benih gue. Sebenernya bukan itu,
gue cuma ingin punya anak doang. Cuma gue bingung harus gimana Mungkin
sekarang belum rezeki lu, kali Nit. Lu jangan nyerah gitu donk! Suatu
saat nanti, kalau rezeki lu sudah dateng, pasti juga dapet kok.
Sabar ajah, ya Dinkataku. Jadi maksudnya, lu nggak mau kasih
kesempatan ke gue Maaf ya, Nto Bukannya gue sudah kehilangan akal sehat,
gue cuma mau tes aja. Gue tahu lu orangnya bisa dipercaya. Apapun yang
terjadi nanti, gue percaya lu nggak berubah memandang diri gue. Tetep
bisa jadi teman gue. Makanya gue perlu lu. Wah Nita, kalau nanti hamil
beneran gimana Serem aja kalau sampai ketauan.
Gue kan, jadi nggak enak ama keluarga lu. Biarin aja, itung-itung
sebagai bukti kalau gue bisa hamil!. Setelah Nadine berkata tadi aku
berpikir, si Nadine gila juga nih, pikirku. Aku tahu, kami memang
sama-sama dekat, tapi hanya sebatas teman biasa.
Aku hanya takut, nanti setelah kejadian, salah satu dari kami bisa
muncul perasaan berbeda. Walupun Nadine percaya aku tidak seperti itu,
tetap saja aku ragu. Memang aku tidak memungkiri, ingin sekali tidur
dengannya.
Tapi perasaan itu aku tahan, karena bisa merusak hubungan kami
nantinya. Paling kalau sudah tidak terbendung, ujungnya hanya
masturbasi. Aku memang doyan sekali dengan yang namanya sex. Tapi aku
tidak mau obral cinta demi sex semata. Oleh sebab itu, permintaan Nadine
ini bisa saja mengubah suasana.
Tapi setelah aku pikir-pikir, apa salahnya aku coba. Toh, dari dulu
memang aku ingin sekali melihat lekuk tubuhnya.. gimana To, bisa nggak
kata Nadine tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku. Bisaa.. Ya pasti gue
bisa aja dong! Wong enak kok, main perang-perangan.
Heh, enak aja! Kata sapa lu, kita ML Gue kan cuma bilang minta sperma
lu Bukan berarti kita main sex! Dan gue minta kita bersikap obyektif
yah, ingat gue sudah punya keluarga. Jadi kita nggak nge-sex Gimana
caranya Emang lu mau minum sperma gue, yang ada sih lu cuma kenyang,
bukannya bunting! kataku mulai bingung. Hush, jijik ah, omongan lu.
Gimana caranya lu hanya keluarin sperma lu nanti, terus langsung
masukin ke punya gue. Waah, susah amat proyeknya! Tapi okelah, kita coba
aja yah akupun menyanggupi, karena aku berpikiran, akan berusaha paling
tidak bisa melihat bentuk tubuhnya yang membuat penasaran selama ini.
Kemudian dalam pembicaraan selanjutnya, kamipun sepakat untuk bertemu
esok harinya di salah hotel bintang 3 di arah yang berbeda dengan
daerah rumah kami di wilayah Jakarta selatan. Hari Sabtu pun tiba.
Setelah istirahat yang cukup, pagi-pagi sekali aku sudah mempersiapkan
segala sesuatunya untuk tujuanku nanti.
Setelah aku tiba di hotel tersebut, aku langsung check-in. Kemudian
menunggu di kamar hotel setelah sebelumnya aku memberitahu Nadine bahwa
aku sudah sampai. Lama sekali Nadine tidak muncul, sudah hampir 3 jam
aku menunggunya sambil menonton acara music di TV kamar.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, ketika tiba-tiba ada ketukan
halus dari pintu kamarku. Dengan berdebar-debar akupun bergegas
mengintip dari pintu, ternyata Nadine! Ketika aku bukakan pintunya,
Nadine langsung bergegas masuk meninggalkan aku di depan pintu sambil
terbengong-bengong.
Hari itu Nadine menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi
dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua.
Begitu sudah di dalam Nadine langsung membuka blesernya yang ternyata
memperlihatkan kausnya berlengan buntung.
Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara
aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk
di tepi tempat tidur, menghadap ke TV. Kenapa sih lu, bengong gitu
liatin gue kata Nadine.
Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka
bletser terus duduk nonton TV Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru
dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus
terang gue bingung, jantung gue deg-degkan nih kata Nadine.
Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku menawarkan minum
kepada Nadine untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah aku
membuatkan teh yang diminta Nadine, akupun duduk di bawah sambil
bersandar ke tempat tidur. Nadine yang berada didekatku meminum teh
suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur.
Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang
bagus, yang sejak dulu aku kagumi, karena tepat berada di samping
mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali aku membuka pembicaraan
dengan topik yang umum saja. Maksud aku hanya untuk mengendurkan
suasana, dan ternyata aku berhasil.
Aku dapat melihat bahwa Nadine sudah dapat rilex dengan susasana ini
karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali
tertawa mendengar celotehanku. Setelah Nadine minum teh, dia berdiri dan
meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah,
disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur.
Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk pundaknya dari samping,
dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara,
aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus
ujung jariku yang aku lakukan.
Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti.
Sentuhan-sentuhan lembut yang aku lakukan tidak di pungkiri membuat
Nadine terpengaruh, walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti
bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu.
Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan
kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini
berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan
pada tangan kirinya.
Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh
payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku
melakukan aksi tersebut sambil memberikan sentuhan dari luar. Kemudian
tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam
kaus Nadine. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan
dari kausnya.
Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih
terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya,
meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian aku berusaha
mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan
pada pundaknya.
Nadine yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan
matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil
menarik tanganku dari balik kausnya, Sudah, yah.. kemudian dia mengecup
bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan.
Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Nadine
agak sedikit miring ke arah aku. Sedikit demi sedikit tanganku meraba,
dan menyentuh kakinya sampai aku menyusupkan dibalik roknya.
Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih
tertutup dengan celana dalamnya. Rangsangan yang aku berikan mungkin
menambah panas suasana, karena Nadine menyambut lumatanku dengan
bergairah.
Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku
yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian aku membimbing
tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku. Terus aku melanjutkan
aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam
celana, membuat aku bernafsu sekali.
Akupun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung
menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil
pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi
sedikit aku memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya.
Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit
demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna
coklat yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan
disekitar pangkal pahanya. Begitu aku berniat untuk menurunkan celana
dalamnya, Nadine tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk.
Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat
turun agak kebawah karena Nadine berdiri. Nadine yang tahu hal itu
langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur. Kita
jangan sampai ML, yah kata Nadine.
Memangnya kenapa Tuang spermanya gimana Gini aja, gue akan merangsang
lu sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan
sperma gue didalem, gimana Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak
gue aja dong pintaku kemudian. Sama aja donk kita ML. Nggak lama kok,
paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!
sergahku. Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin.
Tapi.. belum sempat Nadine meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang
seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik
rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku
dari bawah, Nadine merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki
yang menjuntai ke bawah tempat tidur.
Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah. Kemudian aku menurunkan
arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak, aku remas
payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan aku menyibakkan kembali
roknya.
Disitu aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke
bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan
bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi. Untuk beberapa
saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu.
Dari posisi di samping Nadine, akhirnya aku memberi sentuhan halus
melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi
sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai
aku turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang
menjuntai kebawah.
Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi,
dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana dalamnya sambil
memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku
kagumi itu.
Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan
menghadap ke arah selangkangan Nadine, aku membuka kakinya lebar-lebar
kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan aku
langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali.
Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Nadine
sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin
sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat bernafsu
sekali, sampai terdengar erangan lepas Nadine yang sudah tidak
tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan.
Erangan-erangan Nadine tersebut membuat diriku lupa, dan terus
melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada
kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke
atas.
Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai
akhirnya aku memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku
keluarkan dari cup yang hanya menutup setengah dari payudaranya.
Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa kenikmatan
tersendiri bagiku. Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan
kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun
aku belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di
balik kaus.
Setelah beberapa menit, tiba-tiba Nadine mengangkat pantatnya
tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah
selangkanganku. Sambil setengah teriak yang tertahan Nadine berkata,
Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!! kemudian Nadine mengejang untuk
beberapa saat. Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada
cairan yang keluar dari dalam vaginanya.
Setelah Nadine terhempas lemas, aku masih saja membersihkan cairan
cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru aku merangkak
naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, setelah
terlihat, aku menjilatinya dengan lahap.
Nadine yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya
terlihat pasrah saja. Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku
langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari
tadi sudah membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Nadine yang pasrah
tersebut, Aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik
Nadine.
Seret, tapi nikmat sekali. Aduh! Ahh.. desah Nadine sambil memejamkan
matanya. Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik sedikit,
aku masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya
dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku.
Kamipun menyatu, dan keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya sudah
terpenuhi. Karena desahan-desahan Nadine yang membuat aku sangat
bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Nadine yang masih berpakaian
lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat.
Akhirnya dengan hitungan cepat pula, akupun sudah tidak tahan untuk
menyemburkan lahar panasku. Aku langsung mendekap Nadine kencang-kencang
sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya. Ahh, .. Gue
keluar akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Nadine.
Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa saat aku
masih mendekap tubuh Nadine karena belum mau melepaskan rasa nikmatku
itu. Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang disamping Nadine.
Sambil memegang tangannya, akupun berkata, Enak banget punya lu, Nit.
Untung lu bukan istri gue.
Kalau Istri gue, ntar gue jadi males kekDintor gara-gara nafsu terus
ama lu. Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat! kata
Nadine, Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy.
Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue. Masa sih Ah, lu
bisa-bisanya aja.
Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin
nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada
waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue tiba-tiba lu
tadi nolak, atau kabur Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu
dengan cepat.
Yang penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita
coba lagi, yah. Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek kata
Nadine sambil tertawa renyah, saking gemasnya membuat aku langsung
melumat bibirnya yang seksi itu. Lama aku melumatnya, yang kemudian aku
bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih
melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke dalam
kamar mandi, Nadine ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang
keluar dari vaginanya.
Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke
cermin besar, Nadine membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara
aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan
kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Nadine.
Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau
dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik. Rupanya
Nadine juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya
(shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku tidak
berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh. Nit, jangan
senyum-senyum gitu, napa kataku dengan gemas.
Lhaa, emang kenapa Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan kata Nadine.
Aku menghampiri Nadine yang masih sibuk membersihkan cairan yang
merembes di paha sisi dalam. Kok, di bersihin, Dinkatanya mau di jadiin
Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada
sperma di paha gue. Sambil Nadine bicara, aku mencium lehernya yang
putih itu, sambil memeluknya dari belakang. Ihh, geli doonk! protes
Nadine, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya.
Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang
terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang
berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai
kemudian aku menciumi lehernya kembali.
Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, aku terus
menerus menciumi Nadine yang sudah mulai terpejam dan menikmati
sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan
bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya.
Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari
daging-daging kenyal yang tertutup bra. Sedikit demi sedikit Nadine
terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi aku menyodorkan
penisku yang sudah setengah online ke vaginanya.
Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Nadine dari
belakang, sementara Nadine memberi peluang dengan meninggikan pantatnya
dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat
dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina
Nadine.
Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang
lebih nikmat dan sensual, sementara aku memeluknya dari belakang dan
memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan
lehernya. Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati
persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit
bibirnya, dari mulut Nadine mengeluarkan suara desahan lembut.
Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan Nadine
dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi
mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu. Di menit yang
kesekian, Nadine menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu
di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke belakang yang membuat
aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah.
Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, aku menyodoknya terus
menerus yang diimbangi oleh Nadine dengan goyangan pada pantatnya dan
menekan ke pangkal penisku. Menit demi menit berjalan dengan nikmat.
Kami masih bertahan dengan posisi yang sama. Sampai aku merasakan
denyutan halus di dalam vagina Nadine yang makin terasa. Sambil
menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Nadine dalam posisi
nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat aku dapat meremas
payudaranya dengan mudah.
Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To.. Tahan sebentar yah Nit,
gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar.. Aku merasakan denyutan
di vaginanya kian terasa, yang kemudian Nadine mulai mengejang. Akupun
yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang serta
memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar
hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama.
Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Nadine
terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan
kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada
tengkuk Nadine terlihat berdiri, yang kemudian aku kecup dengan lembut.
Nadine berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut
bibirku, yang aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya
yang seksi.
Entah kenapa, aku merasa senang sekali memperlakukan Nadine seperti
itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta
dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu.
Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita
dari Titi Dj, Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang..
Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya…
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas
yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan
persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis.
Sambil berpagutan, aku mendorong Nadine perlahan-lahan ke tempat
tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, aku pangku Nadine tanpa
melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di ruangan
itu. Nadinepun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa,
sementara akupun tidak tinggal diam.
Kaus Nadinepun aku buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu,
sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi buah dada Nadine
sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir
putingnya dan aku sedot puting satunya.
Dicium, menjilati, dan aku remas dengan lembut buah dada Nadine yang
indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Nadine menjadi-jadi,
setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan
sekali.
Sambil memeluk Nadine, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa
kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara Nadine perlahan tapi pasti
menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan
halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya.
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan
perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan
rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Nadine pun
menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua.
Tatkala gerakan Nadine bertambah cepat, akupun mendekapnya dengan
erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang
Nadine yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut.
Tanpa melepaskan pelukan, aku mengejang untuk beberapa saat dan
menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan kecupan
sayang kepada Nadine yang telah memberikan kenikmatan dalam
persetubuhan.
Sambil memeluk Nadine, Aku ambuk ke belakang. Aku membelai rambutnya,
mengecup kening dan bibir Nadine yang terlihat sangat letih tapi
terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya
basah bermandikan keringat. Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja,
kataku. Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu.
Abis enak banget! kata Nadine kemudian.
Enak barang gue, atau lu emang doyan sex Dua-duanya sih.. Hahaha,
tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar! Touch of Art.. Aku
tertawa mendengar kelakar Nadine tersebut. Kemudian aku bangkit menuju
kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta
kami berdua, sementara Nadine Nadine bergerak ke arah bantal besar
diatas tempat tidur. Di kamar mandi aku menyempatkan untuk menghisap
sebatang rokok kesukaanku.
Sambil menghisap aku memandang cermin di depanku, Bermimpikah aku ini
batinku. Aku cubit-cubit mukaku, perih. Berarti aku nggak mimpi. Aku
menyetubuhi Nadine Wah.. Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga
sekali, karena bisa tidur dengan Nadine.
Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur dengan pengharum mulut
dan kembali ke ruang tidur. Di atas tempat tidur, ternyata Nadine sudah
tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu
kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya.
Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan
posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan
aku merangkak menghampiri Nadine. Dalam posisi yang sama, vagina Nadine
aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang, bless.
Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku,
sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku
masuk hampir semua, aku maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua
tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya.
Sodokan-sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Nadine
tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku. Auhh.. uhh,
To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli.. kata Nadine kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur
tubuh serta meremas halus buah dadanya.
Setelah puas, aku menyuruh Nadine untuk tengkurap, dengan pantat
ditinggikan. Dalam posisi tersebut, aku setubuhi Nadine dari atas yang
mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Nadinepun tak
luput dari remasan tanganku. Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya,
buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan
tanganku.
Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir,
menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua. Erangan, desahan
kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami
memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Nadine untuk
terlentang.
Dengan gaya konvensional tersebut, aku setubuhi Nadine sambil memeluk
erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan aku buat dan pagutan
kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan.
Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Nadine
serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Nadine menyusul dengan
mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku,
menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya
penisku ke dalam vagina Nadine.
Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Nadine dengan rasa
sayang. Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak
terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal.
Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda aku dan Nadine
saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan
tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami
tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung.
Sementara di TV menampilkan lagu Bilakah dari grup musik Ada Band,
kamipun kemudian tertidur pulas. Aku tidak tahu sudah berapa lama
tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku.
Sewaktu terbangun, kulihat Nadine sedang mengulum dan menjilati penisku
seperti makan candy.
Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari
sergapan lidah dan kuluman Nadine. Rasa nikmat menjalar di sekujur
tubuhku tatkala Nadine mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya
di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah keras
diperlaskukan sedemikian rupa olehnya.
Setelah itu Nadine mengambil posisi berjongkok di atas penisku.
Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya,
sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali,
digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali.
Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya,
Nadine mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan. Aku tidak tinggal
diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah
dadanya. Nadine yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian
memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah
kami berdua.
Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang
aku balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan
lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah.
Aku kemudian meminta Nadine untuk memutar tubuhnya membelakangi
diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan
pantatnya menghantam penisku dengan mantap. Akupun dapat leluasa meremas
pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu
tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan
sensualitas bersama. Setelah itu aku meminta Nadine untuk menungging.
Dengan posisi doggy style aku menyetubuhinya sambil meremas buah
dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan
usapan lembut pada sekujur tubuh Nadine membuat diriku tidak dapat
membendung gairah puncakku itu.
Yang kemudian aku meminta Nadine untuk kembali pada posisi awal, aku
dibawah dan Nadine diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra.
Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Nadine dari atas menambah
menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah akupun
mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran tubuh dan
denyutan yang keras pada vaginanya.
Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri
persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan
semburan cairan cinta kami di dalam rahim Nadine.
Setelah berakhir, Nadine jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh
nikmat. Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta, kataku
kemudian. Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta ke
elu sebelum elu digosok abis ama laki lu.. Enak aja lu! Emang gue mau
ngasih perawan gue ke elu! Jangan konyol.. kata Nadine sambil melempar
bantal ke arahku. Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita
Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak.
Kalau perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk Seett, pelit amat
sih lu!! kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Nadine.
Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari
ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai giliran Nadine untuk membersihkan diri. Waktu sudah
menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Nadine pamit kepadaku untuk
kembali ke rumah. Akupun mendekapnya dengan mesra serta memberinya
kecupan pada kening dan bibirnya.
Setelah itu kamipun berpisah, Nadine pulang dan aku tetap di hotel,
kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. Aku
memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan. Hari-hari berikutnya
di kDintor, aku tetap bertemu dengan Nadine.
Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa
saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai
kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Nadine
memberi kabar bahwa dia hamil.
Dan Nadine memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah
anakku, karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami
lakukan. Dari perselingkuhannya dengan aku pertama kali hingga kini,
aku telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari
Nadine memberitahukan bahwa dirinya hamil.
Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya
melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada
dalam kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi,
mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami
Nadine. Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku.
Tapi karena sudah berlalu, ada beberapa pembicaraan kami yang mungkin
aku tambahkan, karena aku terus terang lupa dengan detil pembicaraan
kami berdua, khususnya sebelum kejadian waktu itu. Tapi untuk waktu dan
tema pembicaraan memang benar adanya. Untuk nama tempat atau lokasi juga
kami samarkan, demi kerahasiaan kami berdua.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Ini ceritaku entah berapa bulan lalu ketika sore aku aku sedang menghabiskan waktu selepas bekerja disebuah mall dijakarta. Penat bekerj...
-
Saya punya pengalaman sewaktu di massage oleh mas R,maaf saya posting pengalaman kami ya mas.. saya lihat millis ini makanya saya ingin se...
-
Kisah ini terjadi pada waktu aku duduk dipertengahan kelas 3 SMA dulu. Waktu itu nilai-nilai pelajaranku terutama matematika, fisika dan k...
-
Aku tugas ke kota Semarang untuk ngurusin kerjaanku, aku ngebut ngerjain kerjaan sampe ampir gak tidur supaya kerjaan cepet beres dan aku...
-
Cerita Sex . Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada ...
No comments:
Post a Comment