Monday, November 23, 2015
Pacar Adikku Yang Sexy
Saya lahir di Jakarta, keturunan cina, umur 28 thn, kerja disalah satu
perusahaan swasta sebagai auditor pembukuan dan keuangan, saya ditugasi
untuk mengawasi cabang denpasar, jadi saya tinggal disana menempati
rumah kontrakan. Suatu hari saya diberi kabar oleh pacar saya (Wiwi umur
26) yg di Jakarta, bahwadia mau datang bersama adiknya (Irene umur 22).
Setelah kedatangannya, mereka menginap di kontrakanku (kamar tamu).
Tetapi Wiwi tidak bisa lama, karena dia hanya diberi ijin oleh kantornya
3 hari. Selama 3 hari saya dan Wiwi selalu ngumpet- ngumpet dari
cicinya untuk bermesraan, dan sialnya kita hanya bisa melakukan hubungan
sex 1X (kami dulu telah biasa melakukannya sewaktu saya tingal di
Jakarta), karena kesempatan untuk itu susah sekali. Setelah Wiwi pulang,
tinggal saya dan Irine yg masih mau liburan di bali. Pada hari minggu
saya ajak dia jalan ke berbagai tempat wisata, pulangnya dia langsung
ingin istirahat karena kelelahan. Karena saya belum merasa ngantuk, saya
ke ruangan tamu untuk nonton TV, sedangkan dia masuk kamar tidur tamu
untuk istirahat. Setelah acara yg saya sukai selesai, saya melihat jam,
ternyata sudah jam 1 pagi, tiba-tiba muncul ide isengku untuk memasuki
kamar tidur Irene, dengan perlahan-lahan saya berjalan mendekati pintu
kamarnya, ternyata tidak dikunci, saya masuk dan melihat Irene telentang
dengan kedua lengan dan paha terbuka, saya langsung mengambil tali
plastik danperlahan-lahan saya melucuti pakaiannya semua, mungkin karena
dia terlalu lelah sehingga tidurnya sangat nyenyak sampai tidak tahu
apa yg sedang saya lakukan, setelah semua pakaiannya kubuka, saya
langsung mengikat lengan dan kakinya ke sudut-sudut ranjang. Tiba-tiba
dia terbangun, dan terkejut karena tubuhnya telah telanjang polos dan
terikat di ranjang. “Ko lepasin saya”, suaranya gemetaran karena
shock.”Cepat lepasin Ko!” Irene mengulangi perintahnya, kali ini lebih
keras suaranya.Tubuh telanjangnya telah mambiusku. Aku segera mencopot
celana dan celana dalamku dengan cepat. “Ko!” Irene memekik. “Mau
ngapain kamu?” Irene terkesiap melihat batang kemaluanku yang sudah
berdiri tegak. Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku, rasanya
dingin bagai seonggok daging. “Koko gila luu yah!” Aku merasakan sensasi
aneh melihat payudara dan liang kemaluan adik pacarku ini. Jelas beda
dengan waktu-waktu dulu kalau mengintip dia ganti baju di kamarnya.
Sekarang aku melihatnya dengan cara yang berbeda. “Koko, gua khan adik
Wiwi!” Aku menyentuh liang kemaluannya dengan tanganku, lalu
menjilatinya. Setelah puas segera kuletakkan batang kemaluanku di
gerbang liang kemaluan Irene. “Ko jangaan!” dia memohon-mohon padaku.
“Diam.. cerewet!” aku menjawab dengan sembarangan. Sekali batang
kemaluanku kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi satu
dengannya.”Iiih.. shiit!” dia mengumpat tapi ada nada kegelian dari
suaranya itu. Aku menggoyangkan pinggangku secara liar hingga batang
kemaluanku mengocok-kocok liang kemaluannya. “Ahh.. shiit! ah shiit! Ko
stop!” Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnyaitu,
semakin terangsang aku jadinya. Sambil memompa liang kemaluannya aku
menghisap puting-puting payudaranya yang agak berwarna pink itu. “Mmmh..
udah jangan Ko!” Irene masih berteriak-teriak memintaku berhenti. “Lu
diam aja jangan banyak ngomong”, ujarku cuek. “Ohh shiit!” ujarnya
mengumpat. Dia menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kemarahan
dan kegelian yang ditahan. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan
juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan cutter yang
tergeletak di meja samping ranjang aku memotong tali yang mengikat kedua
kakinya. Begitu kedua kakinya terlepas dia sempat berontak. Tapi apa
dayanya dengan posisi telentang dengan tangan masih terikat. Belum lagi
posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya membuat dia hanya
bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. “Aaahh Ko
stop dong.. udah Ko.. guekhan adik Wiwi”, dia memohon lagi tapi kali ini
suaranya tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah karena geli.
Nafasnya pun mulai memburu. Aku menjilati lehernya dia melengos ke kiri
dan ke kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu menutupi rasa geli dan
nikmat yang kuciptakan. ” Aduhh sshh Ko udah doong.. hh.. ssh!” suaranya
memohon tapi makin terdengar mendesah lirih. Kedua kakinya masih
meronta menendang-nenda ng tapi kian lemah dan tendangannya bukan karena
berontak melainkan menahan rasa geli dan nikmat. Aku menaikkan tempo
dalam memompa sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali batang
kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangatberulir serta
kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini
suara nafas Irene kian berat dan memburu, “Uh.. uh.. uhhffssh.. shiit
Koo.. agh uuffsshh u.. uhh!” Wajahnya semakin memerah, sesekali dia
memejamkan matanya sehingga kedua alisnya seperti bertemu. Tapi tiap
kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya
dipalingkan dariku. Pasti dia malu padaku. Liang kemaluannya mulai
mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak
naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang
kenikmatannya yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik “Gimana, lu
mau udahan?” Aku menggodanya. Sambil mengatur pernafasan dan dengan
ekspresi yang sengaja dibuat serius, dia berkata, “I.. iiya.. udah.. han
yah Ko”, suaranya dibuat setegas mungkin tapi matanya yang sudah sangat
sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sudah sangat menikmati
permainanku ini.”Masa?” godaku lagi sambil tetap batang kemaluanku
memompa liang kemaluannya yang semakin basah sampai mengeluarkan suara
agak berdecak-decak. “Bener nih lu mau udahan?” godaku lagi. Tampak
wajahnya yang merah padam penuh dengan peluh,nafasnya berat terasa
menerpa wajahku.”Jawab dong, mau udahan gak?” aku menggodanya lagi
sambil tetap menghujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya. Sadar
aku sudah berkali-kali bertanya itu,dia dengan gugup berusaha menarik
nafas panjang dan menggigit bibir bagianbawahnya berusaha mengendalikan
nafasnya yang sudah ngos-ngosan dan menjawab, “Mmm.. iya.. hmm.” Aku
tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku yang semakin cepat tadi.
Ternyata gerakan pantatnya tetap naik turun, tak sanggup dihentikannya.
Soalnya liang kemaluannya sudah semakin berdenyut dan menggigit batang
kemaluanku. “Ehmm!” Irene terkejut hingga mengerang singkat tapi
tubuhnya secara otomatis tetap menagihdengan gerakan pantatnya naik
turun. Ketika aku bergerak seperti menarik batang kemaluanku keluar dari
liang kemaluannya, secara refleks tanpa disadari olehnya, kedua kakinya
yang tadinya menendang- nendang pelan, tiba-tiba disilangkan sehingga
melingkar di pinggangku seperti tidak ingin batang kemaluanku lepas dari
lubang kemaluannya. “Lho katanya udahan”, kata-kataku membuat Irene
tidak mampu berpura-pura lagi. Mukanya mendadak merah padam dan setengah
tersipu dia berbisik, “Ah shiit Koo.. uhh.. uhh.. swear enak banget..
pleasee dong terusiin yeeass!” belum selesai ia berkata aku langsung
kembali menggenjotnya sehingga ia langsung melenguh panjang. Rupanya
perasaan malunya telah ditelan kenikmatan yang sengaja kuberikan
kepadanya. “Ah iya.. iiya.. di situ mmhh aah!” tanpa sungkan- sungkan
lagi dia mengekspresikan kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku
dan dia masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir
betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku
menyemprot kencang sekali bertemu dengan semburan-sembur an cairan
kenikmatannya yang membanjir. Irine pasti melihat wajahku yang
menyeringai sambil tersenyum puas. Senyum kemenangan. Aku melepaskan
ikatannya. Dia kemudianduduk di atas kasur. Sesaat dia seperti berusaha
menyatukan pikirannya. “Huuhh, kamu hebat banget sih Ko, sering yach
melakukan dengan Wiwi” “Enggak juga koq!” “Alah, sama setiap cewek yang
kamu tidurin juga jawabannya pasti sama” “Keperawanan lu kapan diambil?”
tanyaku “Sewaktu pacarku ingin pergi ke Amerika untuk kuliah, saya
hadiahkan sebagai hadiah perpisahan” Kemudian dia bangkit dengan tubuh
yg lemah ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih- bersih Irene
kembali lagi ke kamar. Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat
satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. “Aduh kok ganas banget sih
Lu!” katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke
dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat,
kulumat dalam-dalam. Setelah Irene mulai terdengar lenguhannya,
kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke
meja, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih
bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil
kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan
seperti biasanya, dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku
turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. “aahh.. sshh.. oohh..
uugghh.. mmhh”, Irene terus meracau. Bosen dengan posisi begitu kucabut
penisku dan kusuruh Irene menungging. Sambil kedua tangannya memegang
bibirmeja. Dalam keadaan menungging begituIrene kelihatan lebih aduhai!
Bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin aku tidak
tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan
ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan
sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Irene bisa lebih aktif
memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. “Aahh Koo Akuu mmoo..
kkeelluuarr laggi..” racaunya. Irene goyangannya menggila dan tidak lama
tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya
menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang
terasa sudah dekat. Irene mengerang dengan sangat keras sambil menjepit
penisku dengan kedua pahanya. Saya tetap dengan aksiku. Kuraih badannya
yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh
tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari
bawah ke atas dan kuremas dengan keras.”Eengghh.. oohh.. ohh.. aahh”,
tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan
spermaku menyemprot lima kali di dalam. Dengan gontai kuiring Irene
kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami
tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah
lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. “rine, vagina
dan permainan kamu ok banget!” pujiku. “Makasih juga ya Ko, kamu juga
hebat”, suatu pujian yang biasa kuterima! Setelah itu kami saling
berjanji untuk tidak memberi tahu cici dan pacarnya yg sedang kuliah di
Amerika. Selanjutnya kami selalu melakukannya setiap hari sampai dia
pulang ke Jakarta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Ini ceritaku entah berapa bulan lalu ketika sore aku aku sedang menghabiskan waktu selepas bekerja disebuah mall dijakarta. Penat bekerj...
-
Saya punya pengalaman sewaktu di massage oleh mas R,maaf saya posting pengalaman kami ya mas.. saya lihat millis ini makanya saya ingin se...
-
Kisah ini terjadi pada waktu aku duduk dipertengahan kelas 3 SMA dulu. Waktu itu nilai-nilai pelajaranku terutama matematika, fisika dan k...
-
Aku tugas ke kota Semarang untuk ngurusin kerjaanku, aku ngebut ngerjain kerjaan sampe ampir gak tidur supaya kerjaan cepet beres dan aku...
-
Cerita Sex . Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada ...
No comments:
Post a Comment